Oleh : Dr. Marsigit (powermathematics.blogspot.com)
Refleksi oleh : Tantri Mega S
Menurut Plato, Matematika adalah ABSOLUT, IDEAL, ABSRAK dan BERSIFAT TETAP.
Sedangkan Aristoteles mendefinisikan MATEMATIKA SEBAGAI PENGALAMAN. Tiadalah Ilmu atau Matematika yang tidak berdasarkan pengalaman.
Menurut saya, ketika matematika diterapkan sebagai sesuatu yang absolut dan ideal maka matematika hanya merupakan suatu yang kaku, keras, yang tidak menerima masukan dan itu adalah sebuah kesombongan. Namun ketika matematika juga sebagai pengalaman maka ia akan lebih bermakna, bisa dirasa dan akan berkembang berjalan penuh keikhlasan. Bukankah Allah telah meciptakan manusia berasa dan berakal, ketika mereka mengatakan matematika merupakan sesuatu yang absolut dan ideal maka mereka hanya menjadikan akal sebagai raja. Allah menciptakan akal dan rasa agar manusia bisa menyeimbangkan keduanya. Mensyukuri nikmat akal berarti mengasahnya atau melatihnya untuk memecahkan masalah-masalah ilmu pengetahuan semahir-mahirnya. Mengasah rasa ialah dengan melatihnya menghadapi tantangan-tantangan hidup, mendidiknya menjadi cinta, bahkan rindu akan kebenaran dan keadilan, sehingga ia berani dan siap berkorban. Bukankah karakter unggul seperti itu yang harus ditanamkan kepada setiap generasi bangsa, bukan hanya sekedar pengetahuan yang hanya tampak dipermukaan.
Saya berharap dan berdoa agar para pengambil kebijakan,mampu mempertimbangkan hal itu dan semoga Allah memberikan pencerahan lahir dan batin kepada beliau beliau dan kita semua. Amin
Sedangkan Aristoteles mendefinisikan MATEMATIKA SEBAGAI PENGALAMAN. Tiadalah Ilmu atau Matematika yang tidak berdasarkan pengalaman.
Menurut saya, ketika matematika diterapkan sebagai sesuatu yang absolut dan ideal maka matematika hanya merupakan suatu yang kaku, keras, yang tidak menerima masukan dan itu adalah sebuah kesombongan. Namun ketika matematika juga sebagai pengalaman maka ia akan lebih bermakna, bisa dirasa dan akan berkembang berjalan penuh keikhlasan. Bukankah Allah telah meciptakan manusia berasa dan berakal, ketika mereka mengatakan matematika merupakan sesuatu yang absolut dan ideal maka mereka hanya menjadikan akal sebagai raja. Allah menciptakan akal dan rasa agar manusia bisa menyeimbangkan keduanya. Mensyukuri nikmat akal berarti mengasahnya atau melatihnya untuk memecahkan masalah-masalah ilmu pengetahuan semahir-mahirnya. Mengasah rasa ialah dengan melatihnya menghadapi tantangan-tantangan hidup, mendidiknya menjadi cinta, bahkan rindu akan kebenaran dan keadilan, sehingga ia berani dan siap berkorban. Bukankah karakter unggul seperti itu yang harus ditanamkan kepada setiap generasi bangsa, bukan hanya sekedar pengetahuan yang hanya tampak dipermukaan.
Saya berharap dan berdoa agar para pengambil kebijakan,mampu mempertimbangkan hal itu dan semoga Allah memberikan pencerahan lahir dan batin kepada beliau beliau dan kita semua. Amin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar