Jumat, 30 September 2011

Menunggu di Batas Waktu (1)


“Dinda, ada sesuatu yang ingin Uni sampaikan…”
 Kakak sepupunya menghampiri Adinda yang sedang  berkutat dengan cempi, laptop kesayangannya.
“Iya Uni ada apa?” Adinda mengalihkan pandangannya pada Uni Lia
“Uni  ingin menyampaikan pesan dari Mas Akhmad, dia ingin Dinda tahu sesuatu mengenai dirinya supaya tidak terjadi kesalahpahaman untuk kedepannya” Uni Lia memulai penjelasannya.
Mas Akhmad adalah sahabat sekaligus rekan kerja suami Uni Lia yang belum lama Dinda kenal. Pertemuan itu terjadi tanpa sengaja ketika Dinda ikut silaturahim ke rumah mertua Uni Lia di Yogyakarta.
Tidak berapa lama setelah pertemuan itu, Uni Lia pernah menyampaikan  kalau Mas Akhmad menyukai Dinda sejak pertama kali bertemu.
 “Uni, kalau Mas Akhmad menyukai Dinda emang Dinda harus berbuat apa… kecuali kalau Mas Akhmad mau melamar Dinda, nah…baru  Dinda pikirkan”  
Sembari tersenyum, Dinda  hanya biasa saja menanggapinya. Siapa yang tahu hatinya berbunga, siapa menyangka dia berharap hal yang ia kata, siapa yang menyangka… Dinda tidak akan biarkan seorangpun  tahu perasaannya.
Untuk apa mengumbar semuanya dan membiarkan syetan menari-nari menaburkan racun mematikan. Cukuplah disimpan dalam diam, dan membiarkan Allah menjaga rasa itu hingga kelak Allah pasti memberikan yang memang seharusnya ia terima.
Uni sayang, kau tahu adikmu ini sedang berusaha menjaga dirinya,  sedang berusaha memantaskan diri untuk menjadi perempuan sholehah. Kau tidak bersalah Uni ketika selalu menceritakan sosok Mas Akhmad padaku, sosok yang semakin ku kagumi, namun tetap…dalam diamku
“Dinda… Uni tahu kau tidak ingin pacaran, mas Akhmad pun tahu kau tidak menginginkan itu. Dia hanya ingin mengenalmu saja…”
 “iya Uni aku tahu, beritahu saja info tentangku aku percaya pada Uni” jelas Dinda
Usia  Dinda sudah bisa dikatakan cukup untuk menikah, pun Ayah dan Ibu sudah menyerahkan sepenuhnya untuk pria pilihan yang akan menjadi pendamping hidupnya kelak.
Sempat suatu kali Dinda tak mampu menjaga luapan perasaannya, rasa yang ia simpan rapat hampir saja meledak…
“Uni… tolong hentikan! Tak perlu lagi Uni cakapkan tentang Mas Akhmad pada Dinda, kalau dia mencintai Dinda bukan begini caranya, bukan hanya mengatakan ia sangat menyukai Dinda, ia berharap pada Dinda,hanya ucapannya saja, apa itu Uni….” terisak Dinda meluapkan gundahnya
“Rabbi  ampuni aku, aku takut tak mampu menjaga hatiku, aku takut bermain-main dengan perasaanku, jagalah hati ini Rabbi, sesungguhnya Engkaulah sebaik-baik penjaga”  isakan Dinda memecahkan sunyinya malam.
Sudah 5 hari ini Uni Lia berada di Padang,  menghadiri acara walimahan adiknya yang juga kakak sepupu Dinda, Uni Lia ke Padang hanya sendiri tanpa suami, karena suami belum mendapatkan cuti kerja. Malam ini Uni Lia sengaja menginap di kontrakan Dinda. Kebetulan Dinda sendiri dirumah, Sari teman satu kontrakan sedang kembali ke kampungnya untuk mengambil data guna menyelesaikan skripsinya. Sedangkan Dinda sudah cukup tenang karena hanya tinggal membereskan revisi hasil ujian pendadarannya saja.

Dengan hati-hati Uni Lia mendekati Dinda, dipeluknya pundak Dinda yang tak jua enyah dari depan laptopnya.
“Dinda maaf, Uni tidak ingin membuat Dinda kecewa, Kau tahu kenapa sampai saat ini Mas Akhmad belum memutuskan untuk mengkhitbahmu?”
Dinda hanya menggelengkan kepala pertanda  jawabannya
“Dia adalah tulang punggung keluarganya, ayahnya sudah meninggal.  Namun sebelumnya ia sudah berjanji pada ayahnya akan menikah setelah dia selesai menguliahkan adik perempuan satu-satunya, sekarang adiknya sedang memulai skripsinya, itulah sebabnya mengapa ia masih menunda untuk mengkhitbahmu,”  jelas Uni Lia
Diam… hanya itu yang dilakukan Dinda demi mendengar penjelasan dari kakaknya, hatinya yang mulai menyimpan rasa semakin membuat  sesak  dadanya. Dinda tak pernah sekalipun berkomunikasi langsung dengan Mas Akhmad kecuali sapaannya  saat pertama kali bertemu. Keyakinan Dinda pada Mas akhmad yang dirasa mampu menjaga hati membuatnya semakin simpati pada pria Yogya itu.
Namun kini hatinya didera rasa yang tak menentu, mampukah Dinda menjaga hatinya, kekhawatiran itu selalu muncul
“Dinda, jujur dia sangat mengharapkanmu, namun dia tahu dengan posisinya sekarang, dia sangat berharap kau bersedia menunggunya. Namun jika tidak,  ia akan mengikhlaskanmu jika kau telah menemukan pilihan hatimu  selama masa penantian” jelas Uni lia mengakhiri penjelasannya
Semudah itukah definisi cintanya untukku, seegois itukah rasa cinta yang sering mempermainkan hati sesukanya…
Rabbi, kuserahkan semuanya padamu dan kumohon jagalah hatiku.……

**Untukmu yang dalam penantian  tetaplah jaga hatimu, perbaiki dirimu untuk senantiasa memantaskan diri mendapatkan kado terbaik dariNYA**

Tidak ada komentar:

Posting Komentar