Jumat, 23 Desember 2011

NILAI PARTISIPATORIS MERENTANG DARI LOKAL MENUJU INTERNASIONAL PADA PENGEMBANGAN SEKOLAH BERTARAF INTERNASIONAL (SBI)


Oleh:
Tantri Mega Sanjaya
11709251007
Mahasiswa S2 Program Pascasarjana
Universitas Negeri Yogyakarta

Abstak
Sekolah Bertaraf Internasional (SBI) merupakan program rintisan pemerintah yang diharapkan dapat menghasilkan generasi-generasi berkualitas yang mampu menjawab tantangan  zaman yang semakin global. Program pendidikan melalui Sekolah Bertaraf Internasional yang menuntut interaksi dan komunikasi secara luas dalam lingkup internasional, sangat rentan terhadap penggerhanaan nilai-nilai lokal. Oleh karena itu pengembangan kualitas pendidikan yang berusaha diwujudkan  melalui Sekolah Bertaraf Internasional haruslah mewujudkan manusia Indonesia seutuhnya yang dijiwai oleh sila-sila pancasila. Pendidikan yang berbasiskan masyarakat adalah sesuai dengan misi pembangunan. Partisipasi masyarakat di dalam penyelenggaraan dan pengelolaan pendidikan menyebabkan  pendidikan tersebut mampu berakar dalam kebudayaan di masyarakat yang kemudian akan mampu mengantarkan Indonesia untuk bersaing di kancah persaingan internasional sebagai  bangsa yang berbudaya dan berkarakter kuat.

Kata kunci: SBI, nilai-nilai lokal, partisipasi masyarakat

A.  PENDAHULUAN
 Globalisasi telah menimbulkan terjadinya perubahan besar dalam tatanan kehidupan masyarakat dunia, karena karakteristiknya yang sangat berbeda dengan era sebelumnya. Globalisasi merupakan proses transparansi dan menjadikan ruang dan waktu semakin sempit, sehingga menjadikan dunia sebagai satu keseluruhan, bahkan sebagai rangkaian manifestasi kehidupan baru. Kehidupan global yang mengarah kepada percepatan proses modernisasi telah membawa dampak besar terhadap corak kehidupan dalam berbagai aspek dan dimensi. Dalam dinamika kehidupan global tersebut telah terjadi pergeseran nilai-nilai. Pergeseran nilai-nilai lokal dan karakter bangsa sebagai akibat dinamika kehidupan global tersebut, telah membuat pemahaman terhadap nilai-nilai Pancasila terutama pemahaman wawasan kebangsaan oleh sebagian komponen bangsa menjadi luntur dan longgar.
Berawal dari fenomena di atas, maka diperlukan sebuah pemikiran atau gagasan yang diharapkan mampu menjawab tuntutan perkembangan zaman sehingga mampu menyejajarkan diri dengan negara-negara lainnya dalam pergaulan masyarakat internasional dengan tetap mengedepankan nilai-nilai lokal yang tercermin dalam pancasila.
Sekolah Bertaraf Internasional (SBI) merupakan program pemerintah yang diharapkan mampu menjadi garda terdepan untuk mempersiapkan bangsa menjawab tantangan zaman untuk mampu mensejajarkan langkah dalam percaturan internasional. Sekolah Bertaraf Internasional memiliki visi untuk mewujudkan insan Indonesia cerdas, beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, berjati diri Indonesia, dan kompetitif secara global. Oleh karenanya, dalam pelaksanaan pendidikan sangatlah penting mempertahankan kepribadian bangsa sebagai bangsa berbudaya dan menjunjung tinggi nilai-nilai kearifan  lokal. Tentu saja hal ini tidak hanya dilakukan oleh salah satu pihak, semua pihak dari keluarga, masyarakat, pihak pendidikan maupun pemerintah harus bersinergi dalam mewujudkannya.
 Masyarakat sebagai pembentuk kebudayaan tentunya memiliki peran penting dalam proses penanaman nilai-nilai lokal. Lalu bagaimana partisipasi masyarakat dalam mempertahankan nilai-nilai lokal kaitannya dalam pendidikan yang sedang dirintis oleh pemerintah? Dalam makalah ini akan dijelaskan bagaimana hubungan partisipasi masyarakat sebagai upaya menanamkan nilai-nilai lokal dalam membangun pendidikan bervisi global.

B. PEMBAHASAN
Globalisasi merupakan era persaingan dalam segala bidang dan aspek kehidupan. Sumber daya manusia yang memiliki kemampuan tinggi dan berkarakter kuat pastilah sangat dibutuhkan agar mampu menghadapi dan memenangkan persaingan. Upaya yang harus dilakukan dalam rangka memperbaiki mutu sumber daya manusia adalah dengan meningkatan mutu pendidikan. Fokus utama yang harus perhatikan dalam peningkatan mutu pendidikan adalah peningkatan institusi sekolah sebagai basis utama pendidikan, baik dari segi manajemen, sumber daya manusia, serta sarana dan prasarana. Salah satu program yang diusung  pemerintah agar  perubahan dan perkembangan tersebut dapat direspon dengan cepat yaitu dengan upaya meningkatkan kualitas pendidikan sekolah dengan mengembangkan SBI (Sekolah Bertaraf Internasional). Hal ini didasarkan pada UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas pasal 50 ayat (3) yang berbunyi, “Pemerintah dan/atau pemerintah daerah menyelenggarakan sekurang-kurangnya satu satuan pendidikan pada semua jenjang pendidikan, untuk dikembangkan menjadi satuan pendidikan yang bertaraf internasional.
Sekolah Berstandar Internasional merupakan sekolah nasional yang menyiapkan peserta didiknya berdasarkan rumusan SNP + X (OECD). Sebagaimana dalam Pedoman Penjaminan Mutu Sekolah/Madrasah Bertaraf Internasional pada Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah tahun 2007, yang menyatakan bahwa sekolah/madarasah internasional adalah yang sudah memenuhi seluruh Standar Nasioanl Pendidikan (SNP) dan diperkaya dengan mengacu pada standar pendidikan salah satu Negara anggota OECD (Organization for Economic Co-operation and Development). OECD merupakan sebuah organisasi kerjasama antar negara dalam bidang ekonomi dan pengembangan. Anggota organisasi ini biasanya memiliki keunggulan tertentu dalam bidang pendidikan yang memiliki standar yang telah diakui secara internasional. Anggota OECD antara lain yaitu: Australia, Austria, Belgium, Canada, Czech Republic, Denmark, Finland, France, Germany, Greece, Hungary, Iceland, Ireland, Italy, Japan, Korea, Luxembourg, Mexico, Netherlands, New Zealand, Norway, Poland, Portugal, Slovak Republic, Spain, Sweden, Switzerland, Turkey, United Kingdom, United States serta negara maju lainnya seperti Chile, Estonia, Russia, Slovenia, Singapore, dan Hongkong (Kir Haryana, 2007: 41).
Sebagai upaya membangun mimpi yang didasarkan pada UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas pasal 50 ayat (3) maka Depdiknas segera mengeluarkan program Sekolah Bertaraf Internasional  yang proyek rintisannya  menyertakan ratusan SMP dan SMA di hampir semua Kabupaten/Kota di seluruh Indonesia dengan menggelontorkan dana ratusan juta rupiah. Proyek tersebut dibiayai oleh Pemerintah Pusat 50%, Pemerintah Propinsi 30 %, dan Pemerintah Kabupaten/ Kota 20%.  Selain itu untuk setiap sekolah, Pemerintah Pusat mengeluarkan 300 juta rupiah setiap tahun paling tidak selama tiga tahun dalam masa rintisan tersebut. (Satria Dharma, 2008).
Menurut Kir Haraya (2007: 37), penyelenggaraan SBI didasari filosofi eksistensialisme dan esensialisme (fungsionalisme). Filosofi eksistensialisme berkeyakinan bahwa pendidikan harus menyuburkan dan mengembangkan eksistensi peserta didik secara optimal melalui fasilitas yang dilaksanakan melalui proses pendidikan yang bermartabat, pro-perubahan, kreatif, inovatif, dan eksperimentif, menumbuhkan dan mengembangkan bakat, minat, dan kemampuan peserta didik. Sedangkan filosofi esensialisme menekankan bahwa pendidikan harus memiliki fungsi dan relevan dengan kebutuhan individu, keluarga, maupun kebutuhan berbagai sektor dan sub-sub sektornya, baik lokal, nasional, maupun internasional.  Dalam mengaktualkan kedua filosofi tersebut, empat pilar pendidikan, yaitu: learning to know, learning to do, learning to live together, and learning to be merupakan patokan berharga bagi penyelarasan praktek-praktek penyelenggaraan pendidikan di Indonesia, mulai dari kurikulum, guru, proses belajar mengajar, sarana dan prasarana, hingga sampai penilainya.
Hal ini sejalan dengan  GBHN tahun 1993 yang menjelaskan bahwa kebijaksanaan pembangunan sektor pendidikan ditujukan untuk meningkatkan kualitas manusia Indonesia yaitu manusia yang berimana dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur, berkepribadian, mandiri, maju, tangguh, cerdas, kreatif, terampil, berdisiplin, beretos kerja, profesional, bertanggung jawab, produktif dan sehat jasmani-rohani. (Made Pidarta, 2000: 11).
Namun pada kenyataannya konsep Sekolah Bertaraf Internasional cenderung lebih menekankan pada alat daripada proses. Indikasi ini nampak ketika penyelenggaraan Sekolah Bertaraf Internasional lebih mementingkan alat/media pembelajaran yang canggih, bilingual sebagai medium of instruction, berstandar internasional, daripada proses penanaman nilai pada peserta didik. Prof. Djohar  (2006: 211) menyatakan bahwa tuntutan pendidikan global jangan diartikan hanya mempersoalkan kedudukan pendidikan kita terhadap rangking kita dengan negara-negara lain, akan tetapi harus kita arahkan kepada perbaikan pendidikan kita demi eksistensi anak bangsa untuk hidup di alam percaturan global, dengan kreativitasnya, dengan EI-nya dan dengan AQ-nya, dan dengan pengetahuannya yang tidak lepas dari kenyataan hidup nyata mereka.
            Selain itu menurut M. Fajri Siregar, sarjana sosiologi Univeristas Indonesia yang meneliti sejumlah Sekolah Bertaraf Internasional di Jakarta Selatan, mengungkapkan hasil penelitian menunjukkan sebagian besar siswa Sekolah Bertaraf Internasional memiliki aspek kognitif keindonesian sangat rendah. Sekolah tidak mendorong tumbuhnya identitas sebagai orang Indonesia.
Gelombang globalisasai akibat kemajuan teknologi khususnya teknologi komunikasai mengancam terjadinya bahaya penggerhanaan identitas kebangsaan termasuk didalamnya hilangnya kebudayaan nasional dan lokal . Bahaya budaya dunia yang cenderung pada kedangkalan seperti kebudayaan yang dilahirkan oleh teknologi komunikasi dapat menyebabkan pendangkalan budaya dan kehilangan identitas. Oleh karena itu kini diseluruh dunia timbul usaha menghidupkan kebudayaan lokal karena disitulah makhluk manusia itu hidup dan bertindak serta berkelakuan sehari-hari. Kita bisa berfikir dan bervisi global tetapi kita bertindak secara lokal, demikian nasihat John Naisbitt (H.A.R. Tilaar, 2004: 190)
Penggerhanaan identitas akan sangat rentan muncul ketika pihak-pihak yang terlibat dalam pendidikan tidak mampu menanamkan dan mengembangkan karakter unggul sebagai nilai kearifan lokal yang merupakan identitas bangsa Indonesia. Semestinya  penanaman nilai-nilai kearifan lokal mampu mengantisipasi kebudayaan luar yang masuk seiring dengan pengadopsian pandangan dan sistem pendidikan yang sedang dicoba untuk diterapkan. Oleh karena itu penanaman nilai kearifan lokal melalui budaya sekolah dapat berpengaruh terhadap semua aspek kehidupan di dalam ataupun di luar sekolah.
Negara indonesia tidak sama seperti Amerika Serikat, Indonesia mempunyai cita-cita pasti dalam pendidikan yang harus dikejar. Dalam pengembangan kualitas pendidikan yang berusaha diwujudkan  melalui Sekolah Bertaraf Internasional haruslah mewujudkan manusia Indonesia seutuhnya yang dijiwai oleh sila-sila pancasila. Untuk mencapai hal ini perlu ada alat yang pasti. Alat akan efektif bila dijabarkan dan berkaitan erat dengan badan ilmu pendidikan yang utuh yang mencerminkan dunia Indonesia dengan iklim, geografis, dan budayanya yang khas. Dengan kata lain pendidikan Indonesia perlu diwujudkan dalam bentuk ilmu pendidikan seperti halnya dengan model pendidikan di Eropa . Hanya saja ilmu pendidikan di Indonesia harus menunjukkan ciri khas negara Indonesia termasuk pancasilanya. Ini berarti ilmu pendidikan harus digali dari bumi Indonesia sendiri (Made Pidarta, 2000: 96).
Menurut Suparlan (2008) Nilai-nilai sosial budaya sekolah tentu saja dapat dibangun, diubah sesuai dengan budaya baru yang tumbuh dalam masyarakat.
 Dilihat dari segi teoritis maupun falsafah pendidikan, pendidikan adalah milik masyarakat. Masyarakat melahirkan lembaga-lembaga pendidikan untuk kelangsungan hidup suatu masyarakat dan  isi pendidikan tersebut adalah nilai-nilai yang telah hidup dan dikembangkan di dalam kebudayaan. Pendidikan yang berbasiskan masyarakat adalah sesuai dengan misi pembangunan kita dewasa ini. Dengan ikut sertanya masyarakat di dalam penyelenggaraan dan pengelolaan pendidikan, maka pendidikan tersebut mampu berakar dalam kebudayaan di masyarakat. Dengan demikian lembaga-lembaga pendidikan yang berfungsi untuk membudayakan nilai-nilai masyarakat indonesia baru dapat memenuhi fungsinya.
Hal ini dikuatkan UU No 2 tahun 1989, pasal 1, mengemukakan bahwa pendidikan nasional adalah pendidikan yang berakar pada kebudayaan bangsa dan berdasarkan pada pancasila dan UUD 1945. Demikian pula dijelaskan dalam PP No.29 tahun 1990 pasal 10 mengenai wawasan wiyatamandala dengan tegas dinyatakan bahwa pendidikan haruslah berdasarkan kepada kebudayaan.
Antropolog terkenal Ralph Linton (H.A.R. Tilaar, 2004: 190-191), mengupas latar belakang kebudayaan dari terbentuknya kepribadian manusia. Tanpa kebudayaan tidak mungkin lahir suatu kepribadian. Oleh sebab itu proses pendidikan tidak lain adalah proses pembudayaan. Dari nilai-nilai kebudayaan yang terwujud dalam kehidupan keluarga masyarakat lokal, masyarakat nasional sampai kepada masyarakat dunia semua terwujud di dalam nilai-nilai yang hidup di dalam lingkungan kemanusiaan yang semakin luas. Pendidikan bukan semata-mata mentransformasikan nilai-nilai universal tetapi juga nilai partikular atau nilai yang khusus, yang hidup dalam suatu masyarakat. Dengan nilai khusus tersebut seseorang akan menggapai nilai nilai kemanusiaan. Pengalaman pengalaman pendidikan didalam masyarakat multi etnis menunjukkan bahwa pendidikan akan berhasil apabila bertitik tolak dari nilai budaya asal yang secara bertahap memasuki nilai-nilai yang dimiliki oleh masyarakat yang lebih luas.
Broom menyebut fungsi pendidikan sebagai; (1) transmisi budaya (2) meningkatkan integrasi sosial atau masyarakat (3) mengadakan seleksi dan alokasi tenaga kerja melalui pendidika itu sendiri, (4) mengembangkan kepribadian. Sedangkan Wuradji mengemukakan tentang sekolah sebagai kontrol sosial dan perubah sosial. Sebagai kontrol antara lain degan memperbaiki kebiasaan-kebiasaan jelek anak-anak di rumah dan di masyarakat.  Serta sebagai perubah sosial antara lain dengan menyeleksi nilai-nilai, menghasilkan warga negara yang baik dan menciptakan ilmu dan teknologi baru (Made Pidarta, 2000: 171).
Sekolah tidak dibenarkan menjadi seperti menara air, yaitu melebur menjadi satu dengan masyarakat tanpa memberikan identitas apa-apa. Tidak juga seperti menara gading yang mengisolasi diri terhadap masyarakat disekitarnya, melainkan ibarat menara penerang yaitu berada dimasyarakat yang sekaligus memberi penerangan. Lembaga harus tetap berakar pada masyaraat setempat, memperhatikan ide-idenya, melaksanakan aspirasi, memanfaatkan fasilitas dan menyesuikan diri dengan kebiasaan hidup masyarakat setempat. Sementara itu sekolah berusaha meningkatkan cara hidup dan kehidupan masyarakat  dengan  menciptakan bibit unggul, menciptakan teknologi baru dan sebagainya. Hubungan lembaga pendidikan dengan masyarakat  diibaratkan sebagai selembar kain batik. Motif-motif dan pola gambar yang terdapat pada kain adalah lembaga pendidikan, sedangkan kain latarnya adalah masyarakat. Motif dan pola memberikan corak keindahan sehingga menjadikan sebuah kain menjadi lebih berkualitas bernilai jual tinggi.  Begitupula pula halnya dengan lembaga pendidikan yang merupakan bunga bagi masyarakat sekitarnya.
 Pada akhirnya efektivitas yang mengandung kemaslahatan hasil pendidikan dalam kancah nasional ataupun internasional tidak terlepas dari pengaruh individu, keluarga yang membentuk suatu komunitas masyarakat  yang melingkupi lingkungan dan atmosfer lembaga pendidikan, hal ini sesuai dengan pendapat seorang sarjana Konfusius (I.N. Thut dan Don Adams, 2005: 387) dengan pernyataan berikut:
“Pencapaian pengetahuan sejati bergantung pada penyelidikan atas segala sesuatu.  Ketika segala sesuatu diteliti, maka tercapailah pengetahuan yang sejati; ketika pengetahuan sejati tercapai, maka munculah kehendak; ketika kehendak telah muncul, maka timbul ketetapan hati (atau pikiran menjadi mantap); ketika hati sudah tetap, maka kehidupan pribadipun mulai ditata; ketika kehidupan pribadi mulai tertata, maka kehidupan keluargapun mulai diatur; ketika kehidupan keluarga sudah teratur, kehidupan nasional juga ditertibkan; ketika kehidupan nasional sudah tertib, maka saat itulah tercapai perdamaian di dunia itu” .

B.   KESIMPULAN
Kebijakan pemerintah terkait Sekolah Bertaraf Internasional merupakan upaya pemerintah untuk memperbaiki kualitas pendidikan Indonesia agar mempunyai daya saing dengan negara maju di era global. Salah satunya dengan mengadopsi standar internasional anggota OECD sebagai faktor kunci tambahan di samping Standar Nasional Pendidikan. Namun dalam perjalanannya, kebijakan Sekolah Bertaraf Internasional belum mampu sepenuhnya  menanamkan nilai-nilai kebangsaan. Upaya mempertahankan nilai lokal dan kebudayaan luhur dalam pendidikan sangat  rentan pengaruh budaya luar.
Masyarakat sebagai pembentuk kebudayaan memiliki peranan yang sangat penting dalam proses peningkatan kualitas suatu pendidikan baik  dari segi nilai-nilai kebaikan sosial maupun segi ilmu pengetahuan dan teknologi. Sehingga dengan adanya partisipasi masyarakat terhadap pendidikan Indonesia  yang dikemas dalam Sekolah Bertaraf  Internasional  akan mampu mengantarkan Indonesia untuk bersaing di kancah persaingan internasional tanpa harus menanggalkan identitas bangsa, bahkan sebaliknya menjadi bangsa yang mampu bersaing di dunia global  sebagai  pribadi bangsa yang berbudaya dan berkarakter kuat.


SUMBER:
Deri. 2009. Sekolah Berstandar Internasional Reduksi Identitas Indonesia. Akses tanggal 20 Desember 2011.  http://beritapendidikan.com/mod.php?mod=publisher&op=viewarticle&cid=12&artid=1533

Djohar. 2006. Pengembangan Pendidikan Nasional Menyongsong Masa Depan.Yogyakarta: CV. Grafika Indah

Kir Haryana. 2007. Konsep Sekolah Bertaraf Internasional (artikel). Jakarta: Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Pertama.

Made Pidarta. 2000. Landasan kependidikan: Stimulus Ilmu Pendidikan Bercorak Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.

N. Thut.I & Don Adams. 2005. Pola-pola Pendidikan dalam Masyarakat Kontemporer. Yogyakarta: Pustaka pelajar. (Diterjemahkan dari Educational Patterns in Contemporary Socienties. McGraw-Hill Book Company, New york, 1984).


Suparlan. 2004. Mencerdaskan Kehidupan Bangsa: Dari Konsepsi Sampai dengan Implementasi. Yogyakarta: Hikayat.

Suparlan. 2008. Pengelolaan Pendidikan Sekolah Berstandar International.  Akses tanggal 20 Desember 2011. http://banjarcyberschool.blogspot.com/2008/09/perangi-kebodohan-dan-kemiskinan-dengan_20.html.


Tilaar. H.A.R. 2004. Paradigma Baru Pendidikan Nasional. Jakarta: Rineka Cipta.

Minggu, 27 November 2011

Semakin 'Lope' padaMu

Allah Maha Kaya
Rezeki Allah ada saja, pun lewat pintu yang tidak disangka

ceritanya begini...
Dengan 'piti' yang sedikit tersisa, saya mencoba menghemat 

ya...itu yang ada dalam pikiran saya

Tapi karena hanya Allah dan saya yang tahu,
tanpa kulonuwun tanpa permisi tiba-tiba ada sms nongol, yang intinya, sang pengirim sedang membutuhkan 'piti' 

Sempat mikir juga sih, tapi hamdalahnya, Allah menggiring saya untuk berfikir:

"bersedekahlah meski dalam keadaan lapang ataupun sempit"


Setelah mengambil keputusan itu, sempat bingung juga saya. Air di rumah sedang bermasalah terpaksa saya harus nge-loundry pakaian

nah...hari itulah jadwal saya harus mengambil, lebih tepatnya hari itu harus diambil karena butuh baju buat ganti

hmm...piti di tangan tinggal segini-gininya.
Tapi mau tak mau, saya mesti merelakan tuk melepaskannya.

Dengan langkah gontai menuju loundry


"Ibu, mau ambil cucian..." 


Saya berucap terbata-bata, membayangkan piti di tangan kan segera melayang (lebay)

Tiba-tiba Ibu Loundry dengan merdunya berkata,


"O ya mbak, kemarin ada uang yang terselip di pakaian" 

Ohh... suara Ibu Loundry menyejukkan sekali terasa mendayu-ndayu mengalun  di telinga saya.

Alhamdulillah lumayan lah bisa buat bayar loundry-nya, dan piti ini bisa buat jaga-jaga, pikir saya.

Ibu Loundry, segera mendatangi saya, beliau menyerahkan beberapa lembaran warna merah.



"Ini mbak uangnya, untungnya belum ikut kegiling" 


Masya Allah, ternyata lumayan banget bro!
Ini mah gaji ngeles saya sebulan!
Alhamdulillah ya Rabb...
Bener-bener bagaikan menemukan oase di padang sahara (terharu)

Ahh, kali ini saya lihat wajah ibunya benar-benar sepuluh kali lebih cantik dari biasanya...he..he..

Ibu baik sekali, semoga rezeki Ibu lancar, loundrynya segera buka cabang, Amiin...
Dipikir-pikir aneh juga, sampai kelupaan uang sejumlah itu. Tapi setelah ditelusuri ternyata memang benar, ada kantung ajaib harta karun peninggalan kakak saya he..he... 


Terimakasih Rabbi...
Saya suka surpriseMu... ^^


Sebuah cerita Sederhana,
Betapa, Allah tidak akan pernah mengecewakan hambanya, sekecil apapun.

Kusumanegara,  271111
23:39


Selasa, 22 November 2011

efek 'sedikit kaget'

Dengan banyak cara Allah menunjukkan jalanNya
Namun terkadang manusia yang belum siap menerimanya

Kaget!

Sedih!

Terasa begitu berat dan menyesakkan
Ahh...berbahagialah saja untuk taqdir yang telah Allah gariskan
karena pasti Allah memberikan yang terbaik


Terimakasih Rabbi...

Minggu, 13 November 2011

Trio Kwok2

Episode bersama mas angga,ternyata aku merindukanmu juga mas he...





Mas (Ari Chandra Sumantri),
afwan belum bisa jadi adik yang baik buat Mas Angga.
tantri janji akan terus belajar
hmmm, kangen....









Kalau sedang kumpul yang ada cuma gulet
kalau pisah kangeeen, apakah cerita persaudaraan selalu seperti ini?? he..he..

ndak terasa,  
umur kita sudah mencapai sensor

barangkali foto yang akan datang akan berbeda
sudah dengan pasangan masing-masing
hiiiiaaaa...

Apapun perubahan yang terjadi ke depan
Trio kwok2 tetep punya satu jargon

"bersatu kita teguh, bercerai ga' banget la ya..."






ahaay diapit perjaka2
sok tampan he..he..












Episode bersama adekku (mas goge')





Adekku (Aditya Yogi Pamungkas),
afwan de, belum bisa jadi mbak yang baik buatmu.
mbak kan terus belajar memantaskan diri
Lope Yu...
jaga dirimu baik2, mbak nggak menganggapmu anak kecil lagi (sesuatu yang kau tak suka)






Bismillah...

Ibu, Abi
Engkau sosok pahlawan kami
memayungi kami dari panasnya dunia
Jika kami besar kelak
Kami akan terus menjagamu
Menjagamu tiada henti

Kusumanegara, 131111
23:47

Sabtu, 12 November 2011

suka...

melihat bayangan 
pun kenyataan
sama sekali tak berefek lagi
telah mati rasa
satu hal saja


barangkali ini jalan Allah 
tuk senantiasa menjaga saya
Terimakasih Rabbi...

saya suka ^_^




Jumat, 11 November 2011

mengenang cerita lama


Oh No…!!!

Hoooah…
Rasa kantuk mulai menggerayangi
‘Sabar ega, tanggung sedikit lagi nih…’
Otak saya masih memaksa untuk menuangkan ide yang masih tersisa. 
Sebenarnya  mata  indah bola pinpong saya  ini sudah susah diajak kompromi,
dengan berat hati ia harus mengimbangi jari-jari saya yang masih asyik menari diatas tuth huruf-huruf untuk memuaskan nafsu dahaga si otak.

Saya rasakan di ruang tengah sudah tak semeriah tadi
(tampaknya acara OVJ sudah selesai)
dari kamar tak terdengar suara apapun, ruang tengah benar-benar sunyi…
sepi…
senyap…
aman…
damai…
dan tentram…
jauh dari nuansa gegap gempita. 

Sepertinya kakak saya sudah terbang melayang bersama mimpi-mimpinya
membuat rasa kantuk saya semakin menggila

Tak sanggup lagi mata indah pemberian Allah ini dipaksa untuk melek, segera saya akhiri tugas mulia ini, meski otak saya masih memberontak minta dituruti. 

Segera saya langkahkan kaki dengan badan sedikit sempoyongan demi menunaikan ritual rutin saya sebelum tidur
Yup ke kamar mandi, gosok gigi, cuci muka dan sensor ^^

Melewati ruang tengah, benar saja kakak saya sudah terkapar tak berdaya 

Dan apa yang saya lihat??? 

cerita hujan ^_^



Bagaimana kabarmu wahai iman?

Lihatlah, ikan di kolam
Berlompat sorai menyambut rintik hujan
Meliuk kanan kiri bermuamalah penuh gairah
Berhamdalah penuh kesyukuran
Sembari bertasbih, Maha Suci Engkau ya Rabb…

Lihatlah bunga-bunga di taman
Berlomba-lomba mekar
Merah, jingga, putih, ungu, kelabu
Berlari mengejar karunia ilahi, sinar mentari
Telisik daun pun berbisik
Subhanallah, hangatnya pagi…

Lihatlah bocah-bocah kecil
kala fajar hampir tenggelam
Berduyun-duyun sumringah menuju  langgar
mengeja huruf satu per satu
alif… ba… tha…
penuh  khusyuk dan kesabaran
kemudian berhamdalah dengan bahasanya
Horee….aku masuk jilid dua!

Lalu bagaimana denganmu wahai iman?
Ramadhan akan segera berlalu
Tinggal menghitung hari
Dua hari…satu hari…..
Kemudian akan segera pergi
Teliti bekal dalam ranselmu, tuntaskan  berkemas
karena kereta menuju Ar Rayan telah menanti dan segera pergi…


Jambi, 28 Agustus 2011



Kamis, 10 November 2011

Pemilik Rindu


Kurindukan pagiku
Saat Kau bangunkan dari pulas tidurku 
dengan alunan merdu sapa sabda alamMu…

Kurindukan siangku
Saat kau teduhkan jiwa yang letih 
dengan sejuknya tirta pengobat dahagaMu…

Kurindukan malamku
saat Kau mengajakku terbuai indah 
dalam taman doa dan harapan
Taman yang senantiasa coba ku rajut 
dengan tulus kesempurnaan kasihMu…
 
Rabbi... 
Jikalau rindu ini adalah  sebuah ketertawanan
tawanlah selalu hatiku pada rindu kepadaMu
agar tidak ada lagi yg dapat menawan hatiku kecuali bermuara padaMu


Rabbi
Jikalau ada rindu lain yang menyakitkan,
penuhilah rasa sakit ini dengan rindu kepadaMu….





karena,
Kau lah pemilik rindu ini ^^






Kusumanegara,111111
 

^^

kayaknya tadi malam dah taubatan nasuha
berlinang airmata
paginya
mata indah bola pingpong bekel
ups beratnya beban ini
tak nyaman
sekarang lagi
tempat itu lagi
lagi..lagi itu lagi
hiks
melemahkan hati
kabuuuur.....
.
.
.
stop keluh kesah
keep spirit
tolong kembalikan saya
ingin terjaga lagi
Rabbi
ingin kembali lagi...





Rabu, 09 November 2011

?


merasa sudah mendapat hidayah???

Jangan jangan itu benar, cuma  hanya sebatas 'merasa'

Astaqfirullah...

hati ini masih liar

masih sulit menghijab rasa

Ya Rabbi, 
  
Iman ini masih compang-camping 





Senin, 07 November 2011

Teman di Persinggahan


“aku sih nggak peduli orang bilang ‘ih sok-sok-an ...’, untuk sekarang bagiku ngrokok itu bukan biar dianggap gaul, dulu sih emang gitu, iya nggak sih... ?“


mikir??? 

biasa saja tuh...
wuuiii atmosfernya para anak gaul...
Astaqfirullah GeJe... 

apapun yang difikirkan, biarlah hati yang menilainya
***
seorang wanita yang tampaknya sebaya dengan saya atau mungkin lebih muda sedang  asyik mengobral obrolan bersama teman-temannya, asyik bercerita tentang kehidupan mereka yang penuh tawa,  penuh kepuasan dan full kebahagiaan versi mereka.

Sembari menunggu nasi pesanan dibungkus, akhirnya saya menikmati juga obrolan mereka, cukup tahu saja dengan pola dan gaya hidup yang berbeda.

Saya berfikir, apakah mereka benar-benar bahagia dengan kehidupannya? 

Ah, belenggu-belenggu yang  mereka buat sudah terlalu kuat menancap, hingga tak mampu lagi mendengar jeritan hati mereka yang sebenarnya meronta-ronta  meminta pembebasan.

Mungkin mereka pun memandang sama, dengan kehidupan dan gaya hidup saya,  barangkali mereka berfikir,

“ ih..kok terkekang banget sih terlalu banyak aturan, hidup di dunia cuma sekali nikmati aja cuy...”

Memang, hidup adalah sebuah pilihan. Keputusan kita hari ini akan menentukan perjalanan sesudahnya, hidup akan terus berlanjut dengan kondisi kita yang bagaimanapun.

Benar kata mereka hidup hanya sekali di dunia, namun apakah tidak berfikir untuk merajut benang-benang kehidupan yang berarti,  karena masih ada kehidupan sesudahnya.

Ah, teman-teman persinggahanku andai kalian tahu, batapa indahnya jalan yang kutempuh.....

Batas



Rabbi...
terimakasih untuk hari ini 
atas kesempatan berkumpul bersama mereka
dalam rajut ukhwah yang mesra
dalam dekap erat  lingkaran cinta  
di sana ku hanya ingin berbagi iman
berbagi bahagia
sementara ini,  itu saja



Rabbi...
cukup Engkau saja
cukup Engkau saja menguatkan rapuhnya diri
cukup Engkau saja hapuskan air mata yang  mengalir
cukup Engkau saja hilangkan gundah dan kecewa
cukup Engkau saja
karena Engkau lebih dari cukup



Kusumanegara, 071111

!



beberapa jam telah berlalu
namun masih saja menyesakkan dada

kucoba untuk bahagia
usah mengeluh akan apa yang terjadi


Bukankah Allah mendatangkan rizkiNya dari pintu yang tiada disangka-sangka 


ya... kuputuskan untuk bahagia saja

Bismillah....